SEKOLAH TAPAL BATAS DI PERBATASAN PULAU SEBATIK

  • Whatsapp
GAMBAR : SEKOLAH TAPAL BATAS PULAU SEBATIK PROVINSI KALIMANTAN UTARA
SEBATIK – Sekolah Tapal Batas yang beralamat di Jalan Asnur Daeng Pasau RT. 12 Dusun Kampung Barru, Desa Sungai Limau Kecamatan Sebatik Tengah, Pulau Sebatik, Provinsi Kalimantan Utara. Sekolah ini fokus pada pemberantaan buta aksara, memberikan pendidikan bagi anak TKI (Tenaga Kerja Indonesia), dan pendidikan pemberdayaan usaha mandiri bagi masyarakat Sebatik.

Sekolah Tapal Batas menerapkan tiga program pembelajaran yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Madrasah Ibtidayah dan Madrasah Diniyah. Sekolah ini juga memiliki Paket A dan Paket B untuk memberantas buta aksara di Pulau Sebatik. Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 yang dikolaborasikan dengan kurikulum dari Departemen Agama.

Pulau Sebatik yang wilayahnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu pada bagian utara milik kerajaan Malaysia sedangkan pada bagian selatan milik Republik Indonesia. Ironinya, wilayah Sebatik Malaysia banyak dihuni oleh warga Indonesia dengan menjadi TKI. Namun, para anak TKI ini kesulitan mendapatkan akses pendidikan di wilayah Malaysia sehingga dengan rasa kepeduliannya Hj. Suraidah mendirikan Sekolah Tapal Batas dengan meminjam sebuah rumah warga yang ada di daerah perbatasan Pulau Sebatik Provinsi Kalimantan Utara.

Kepala Sekolah Tapal Batas Hj. Suraidah, S. KM,. MNSc mengatakan bahwa untuk mendirikan Sekolah Tapal Batas bukanlah hal yang mudah. Hj. Suraidah selalu masuk ke daerah perkebunan Malaysia bertemu dengan para TKI untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan dan meyakinkan para TKI untuk menyekolahkan anaknya.

“Membuat sekolah ini bukan hal yang mudah, kita harus masuk ke daerah perkebunan untuk menyakin para orang tua siswa agar mau menyekolahkan anaknya. Untuk masuk ke daerah perkebunan Malaysia kita harus berurusan dulu dengan polisi perbatasan Malaysia”, Ujarnya lulusan magister dari Thailand. Rabu (3/8).

Menurut siswa Sekolah Tapal Batas, untuk menuju sekolah ini  butuh perjuangan ektra, mereka harus berurusan dengan polisi penjaga perbatasan Malaysia-Indonesia karena setiap hari para siswa ini berjalan lintas negara Indonesia–Malaysia tanpa dilengkapi dengan dokumen yang lengkap. Bahkan, para siswa harus berangkat ke sekolah jam 5 pagi karena jarak tempuh ke sekolah yang begitu jauh ditambah dengan infrastruktur jalan di Pulau Sebatik yang tidak mendukung.

“Kita harus berangkat kesekolah jam 5 pagi. Biasanya kita dikejar polisi perbatasan Malaysia. Yang paling parah itu jalan menunggu ke sekolah yang kurang bagus”, Ujarnya siswa Tapal Batas.Rabu (3/8).

Pulau Sebatik sering digunakan sebagai jalur keluar masuk TKI dan menjadi tempat para anak TKI mendapatkan akses penddikan. Meskipun berada di daerah perbatasan, prestasi sekolah ini tak terbatas. Para siswa ini bisa menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab. Bahkan, sekolah ini pada tahun 2015 mendapatkan penghargaan bergensi dari film dokumenter Eagle Award di salah satu stasiun televisi ternama di Indonesia. (Naufal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar

  1. Luar biasa. Media lokal memang sangat dibutuhkan di sebatik. Semoga kedepan sebatik bisa semakin di eksplor dan kemudian di beritakan disini banyak hal yang harus di publikasikan agar sebatik lebih dikenal oleh masyarakat luar.

  2. Luar biasa. Media lokal memang sangat dibutuhkan di sebatik. Semoga kedepan sebatik bisa semakin di eksplor dan kemudian di beritakan disini banyak hal yang harus di publikasikan agar sebatik lebih dikenal oleh masyarakat luar.